Menu:


Habitat dan Fisiologi

Sebagaimana pemeliharaan mahkluk hidup lainnya, beternak cupang perlu memperhatikan faktor internal dan eksternal yang memengaruhi kehidupannya. Faktor eksternal dan internal yang dimaksud terkait dengan habitat dan perilaku cupang.

Habitat

Habitat merupakan tempat hidup di mana cupang akan beraktivitas selama hidupnya. Di habitat yang sesuai, ikan cupang dapat tumbuh dan berkembang biak secara optimal. Adapun karakteristik perairan yang sesuai ditunjukkan dengan beberapa parameter seperti keasaman (pH) air, suhu perairan, serta kesadahan.

Di alam, cupang ditemukan di daerah beriklim tropis dan hidup di sungai, rawa, persawahan, serta perairan tawar dangkal lainnya. Bisa dibayangkan, habitat cupang alam yang tenang dan teduh akan mudah ditemui di daerah yang banyak ditumbuhi pepohonan. Jika dilakukan pengukuran, umumnya perairan seperti ini mempunyai beberapa karakteristik, yaitu pH 6,5—7,5, kesadahan air berkisar 5—12 dH,  dan suhu air 24—30o C.

Ikan cupang memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut dengan labirin. Dengan adanya labirin, ikan cupang dapat mengambil dan menyimpan oksigen lebih banyak. Oleh sebab itu, ikan ini mampu hidup di perairan yang relatif tenang dan miskin oksigen. Bisa dimengerti, perairan yang tenang cenderung memiliki kadar oksigen terlarut yang sedikit karena airnya tidak mengalir. Air yang mengalir cenderung mudah terpecah bagian permukaannya sehingga oksigen udara dapat dengan mudah masuk ke badan air.


Sumber foto: http://img.photobucket.com/albums/v299/kuching/iban-MS.jpg 




Perilaku alami cupang

Perilaku berhubungan dengan tingkah laku alami yang ditunjukkan ikan cupang. Selama penangkaran, perilaku alami tersebut hendaknya tidak dihambat atau dihilangkan. Namun, peternak perlu mengelolanya agar sesuai dengan tujuan pemeliharaan. Penghambatan perilaku alami justru berakibat buruk bagi ikan. Hal tersebut mengakibatkan ikan menjadi stres karena tidak dapat menyalurkan hasratnya.

Perilaku makan

Secara umum, ikan mempunyai dua pola dalam mencari pakan, yaitu aktif mencari pakan pada siang hari (diurnal) dan malam hari (nokturnal). Sementara cupang sendiri termasuk tipe diurnal, yaitu aktif mencari pakan mulai dari matahari terbit hingga tenggelam. Di alam, cupang akan memakan pakan yang ditemui sebanyak-banyaknya.
Ikan cupang termasuk dalam kelompok ikan karnivora, yaitu memakan binatang hidup. Hal itu terlihat dari bentuk giginya yang runcing (bergerigi). Adapun jenis pakan yang biasa disantap ikan ini yaitu larva serangga air, jentik nyamuk, ataupun cacing sutera.

Perilaku memijah

Sebagaimana hewan lainnya, proses pemijahan dilakukan dengan jalan slah satu pasangan menarik perhatian lawan jenisnya. Dalam kasus ini, cupang jantan merupakan pihak yang melakukan aksi menarik perhatian tersebut. Cupang jantan akan berlagak memamerkan “ketampanannya” di depan sang betina sambil mengembangkan sirip-siripnya. Dengan keindahan warna tubuhnya pula, cupang jantan akan mendekati sang betina dan berputar-putar.

Setelah sang betina tertarik, cupang jantan akan menelikung tubuh betina. Sementara cupang betina membiarkan tubuhnya melayang dalam “dekapan” sang jantan. Jika selesai memijah, cupang jantan akan melepaskan tubuh betina. Dari tubuh betina pun akan terlihat telur yang keluar dan berjatuhan di ke dasar media pemeliharaan.

Selanjutnya, tugas cupang jantan lah yang merawat telur hingga menetas. Dalam hal ini, terdapat dua tipe pemijahan yang terjadi pada ikan cupang, yaitu bubble nest breed dan mouth brooder. Di antara keduanya tedapat perbedaan prinsip dalam hal menetaskan telur.

1.      Bubble nest breed

Secara alami, cupang jantan yang siap memijah pada tipe ini akan terlihat membuat sarang busa. Sarang busa yang dibuat berbentuk gelembung-gelembung kecil udara yang ditempatkan sang jantan di permukaan air. Biasanya, sarang busa ini ditempelkan pada dedaunan atau tanaman air.

Setelah selesai membuat sarang  busa, cupang jantan akan menggiring cupang betina untuk melakukan perkawinan di bawah sarang busa yang telah dibuat. Cupang jantan akan menangkap telur yang berjatuhan dan menyimpan dalam mulutnya. Selanjutnya, telur tersebut disemburkan ke sarang busa agar melekat. Telur yang jatuh akan diambil dan disemburkan kembali hingga benar-benar melekat.

Sejak saat itu, cupang jantan akan dengan setia menjaga telurnya dari gangguan ikan lain. Selain itu, sang jantan akan mengipasi telur dengan sirip-siripnya agar suplai oksigen untuk telur tetap terjaga. Selama itu pula, induk jantan akan merenovasi sarang busa yang rusak dengan membuat sarang baru.

Setelah menetas, anak cupang akan tetap berada dalam sarang busa sampai mereka mampu menembus atau melepaskan diri dari sarangnya. Jika telah terlepas, anak cupang sudah mampu menghirup udara langsung dari udara.

Adapun jenis ikan cupang yang termasuk dalam bubble nest breed yaitu Betta akarensis, Betta coccina, Betta bellica, Betta tasyaee, Betta smaragdina, Betta imbellis, dan Betta splendens.

2.      Mouth brooder

Pada kelompok ini, cupang jantan akan memunguti telur yang sudah terbuahi dan memasukkan serta mengeraminya dalam mulut hingga menetas. Selama mengerami telur tersebut cupang jantan berpuasa dan menghindari kontak fisik dengan jantan lain.

Setelah menetas, anak cupang akan dikeluarkan dari mulut induk jantan ke permukaan air. Selanjutnya, induk jantan akan tetap melindungi anaknya dengan cara memasukkan kembali anaknya ke dalam mulut jika ada bahaya. Hal tersebut dilakukan hingga anak cupang berumur satu minggu dan bisa mencari makan sendiri.

Selanjutnya, induk jantan tidak lagi menlindungi anaknya dengan cara memasukkan ke dalam mulut, tetapi sekadar berjaga-jaga di dekatnya. Hal tersebut dilakukan karena ukuran anak cupang yang sudah mulai membesar.

Beberapa jenis cupang yang berkembang biak dengan cara ini di antaranya Betta pugnax, Betta taeniata, Betta macrostoma, Betta unimaculata, Betta picta, Betta anabantoides, Betta edithae, dan Betta foerschi.


Sumber foto: http://www.mosswall.com/Picture/HW/Breeding/bettaBreed3.JPG


Menjaga wilayah

Sebagaimana hewan pemangsa lainnya, ikan cupang cenderung mendominasi ruang di mana habitatnya tinggal. Oleh sebab itu, cupang jantan akan berusaha mengusir cupang jantan lain yang memasuki wilayahnya. Jika sudah begitu, perkelahian pun dilakukan keduanya untuk menunjukkan identitas sang jawara dan yang berhak menjadi penguasa.

Sikap agresif ikan cupang ini hanya ditujukan pada sesama jenisnya. Ikan cupang jantan cenderung bisa berdamai dengan ikan jenis lainnya. Hal tersebut terlihat dari sikap cupang jantan ketika ikan jenis lain mendekati wilayahnya. Ikan cupang akan mengusir ikan lain yang melewati “markasnya” tersebut dengan sedikit gerakan sehingga “tamu tak diundang” itu pun menjauh. Namun, jika sang “tamu” tersebut berupa cupang jantan, sang cupang penguasa wilayah pun akan terus mengejar tamunya tersebut tanpa ampun.

Sumber foto: http://media-2.web.britannica.com/eb-media/34/30734-004-FD7905A6.jpg


Google Analytics